Suku Bajo: Dulu, Kini, dan Masa yang Akan Datang; Prodi Sosiologi FIS-H UNM Sukseskan Seminar Nasional Sosiologi Maritim

Suku Bajo, yang mendiami laut sebagai mukimnya, dan bahkan melihatnya sebagai dasar dari kepercayaan kosmologinya, menjadi bahan perbincangan menarik dalam Seminar Sosiologi Maritim dengan tema Suku Bajo: Dulu, Kini, dan Masa yang Akan Datang, yang dilaksanakan oleh Program Studi Sosiologi FIS-H UNM, Senin (28/11/2022).

Pelaksanaan ini merupakan wujud tindak lanjut dari kunjungan langsung mahasiswa Program Studi Sosiologi setelah melakukan penelitian Sosiologi Maritim suku Bajo di Kabupaten Bone,  selama empat hari (6-9/11) pada bulan November lalu.

Dalam kegiatan ini turut dihadirkan dua pembicara utama yaitu Dedi S.Adhuri Ph.d, peneliti senior dari Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN, dan Sri Wahyuni, M.Si, selaku dosen Sosiologi Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Dalam sambutannya, selaku Ketua Prodi Sosiologi FIS-H UNM, Dr. Idham Irwansyah., M.Pd. , menyatakan kegiatan ilmiah seperti ini merupakan rutinitas setiap tahun yang terintegrasi dalam proses pembelajaran terutama kepada mata kuliah yang memiliki dimensi riset seperti sosiologi maritim.

Seperti telah diketahui selama ini, suku Bajo merupakan entitas masyarakat yang unik dikarenakan menghabiskan semua kegiatan hariannya dari atas laut. Bahkan suku Bajo merupakan tipikal masyarakat yang tidak bisa disamakan dengan kategori  masyarakat daratan dikarenakan memiliki pandangan kosmologi terkait laut sebagai pusat kehidupan mereka.

Dedi S. Adhuri Ph.d dalam pemaparan materinya menyatakan  suku Bajo di satu sisi mengalami problem internal terkait identitas terutama yang dialami masyarakat Bajo yang berpindah dari laut untuk hidup di daratan. Menurutnya perubahan itu merupakan imbas dari pola interaksi yang intens dengan dunia daratan sehingga ikut mengikis kearifan lokal akibat nilai-nilai modernisme yang banyak disemai dalam kehidupan masyarakat daratan.

Dalam perspektif perubahan sosial, dijelaskan pula oleh Dedi, pergeseran pandangan berbasis keyakinan tradisional suku Bajo  mengalami transformasi ke arah yang lebih ekonomis akibat tidak sedikit dari mereka terlibat  ke dalam aktivitas ekonomi pasar yang berdampak kepada perubahan gaya hidup dan kebutuhan ekonomi yang lebih tinggi.

“Integrasi ‘hampir sepenuhnya dengan kehidupan darat, seringkali menjadi dependant dari ‘boss-boss’ di darat yang bisa sampai ‘mengendalikan’ kehidupan mereka di laut. Akibat dari “kendali kehidupan” yang diintervensi gaya hidup daratan, membuat banyak elemen budaya laut pelan-pelan mengalami peralihan dan perubahan”, ungkapnya.

Sementara itu,  Sri Wahyuni sebagai narasumber kedua  melakukan telaah melalui pandangan pemberdayaan masyarakat yang menyebutkan pentingnya pendampingan berkelanjutan dengan tanpa meninggalkan kebutuhan aktual masyarakat suku Bajo. Artinya, dalam melakukan prosesnya, pelaku pemberdayaan mesti mendudukkan masyarkat suku Bajo sebagai subjek yang mesti dihadirkan untuk menyatakan sendiri orientasi pemberdayaannya. Dengan kata lain, pemberdayaan yang kerap bias terhadap kepercayaan, nilai, dan pandangan dunia suku Bajo, dalam hal ini,  mesti dipertimbangkan keutuhannya agar tidak terjadi pengikisan nilai-nilai dari masyarakat itu sendiri.

Hal di atas disebutkan Sri Wahyuni penting untuk dilakukan mengingat konsep pemberdayaan terkadang membutuhkan penafsiran yang lebih kontekstual mengenai apa yang mesti dikembangkan (enabling), apa yang mesti diperkuat (empowering), dan apa yang mesti dimandirikan.

Kegiatan ini turut hadir Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum UNM, Prof. Jumadi, M.Si yang mengapresiasi kegiatan dilakukan Prodi Sosiologi FIS-H UNM. Dalam sambutanya Prof. Jumadi juga berterima kasih langsung kepada kedua narasumber yang telah memaparkan materinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terutama mengenai pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan ini ikut dihadiri oleh kurang lebih 200 peserta mahasiswa Prodi Sosiologi FIS-H UNM,  Sosiologi Universitas Maritim Raja Ali Haji, dan mahasiswa dari prodi lain yang aktif dalam berdiskusi selama sesi pertanyaan yang dibuka oleh Riri Amandaria., M.A selaku pengarah seminar.