ZipRecruiter, perusahaan penyedia lowongan pekerjaan di Amerika Serikat 2022 lalu merilis 44% para pencari kerja menyesali jurusan mereka di masa kuliah. Dari 44% itu, jurusan sosiologi (72%) menempati urutan kedua setelah jurnalisme (87%) dan jurusan seni sebagai peringkat ketiga (72%). Urutan keempat sampai sepuluh diisi berturut-turut oleh jurusan ilmu komunikasi (64%), ilmu pendidikan (61%), manajemen marketing dan riset (60%), pendamping medis (56%), ilmu politik dan pemerintahan (56%), biologi (52%), dan sastra Inggris (52%). Bagaimana di Indonesia? Belum ada penelitian sejenis dilakukan lembaga atau instansi pemerintah.
Lain gubuk lain ladangnya. Beda Amerika beda di Indonesia. Era sekarang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, yang menyebabkan disrupsi besar-besaran di berbagai sektor kehidupan. Tanpa kapasitas berbasis keilmuan dan keahlian, seseorang akan dilumat perubahan kiwari. Terlebih lagi era artificial intelligence sangat berpengaruh kepada dinamika masyarakat dalam memposisikan peran dan kerja-kerja kreatifnya sebagai makhluk sosial dan budaya. Oleh karena itu, suatu refleksi dibutuhkan, akan seperti apakah peran manusia di tengah-tengah merebaknya penggunaan berbagai teknologi berbasis kecerdasan buatan ini?
Menjawab pertanyaan di atas, Program Studi Sosiologi FIS-H UNM menyelenggarakan kuliah umum dengan mendatangkan praktisi mengajar mengulas peran dan peta jalan mahasiswa sosiologi pasca menyelesaikan studinya dalam menghadapi dunia kerja, Senin (27/11/23) di Gedung Pinisi UNM.
Kuliah umum bertajuk Era Artificial Intelligence, Alumni Sosiologi Bisa Apa?” dibawakan oleh Veraningsi direktur Nonton Bareng Indonesia, platform digital yang bergerak dalam dunia seni mempertemukan pekerja seni pertunjukkan dengan penonton berbasis riset asal Bantul, Yogyakarta.
Dalam pemaparannya, Vera menyampaikan banyak peluang kerja yang bisa dimanfaatkan alumni sosiologi terutama dari tiga sektor negara yaitu pemerintah, sektor privat, dan social organization.
“Dengan mengambil peran sebagai asisten ahli, peneliti, koordinator wilayah, arsiparis, penyuluh, sampai analisis kebencanaan, alumni sosiologi dapat mengisi posisi kerja seperti di kantor pemerintahan, badan intelijen negara, kementerian, dan dinas-dinas di daerah”, ujar Vera saat memberikan materinya.
Selain menjelaskan dapat juga masuk ke sektor privat atau swasta di berbagai perusahaan dan bisnis startup, Vera juga mengungkapkan bagi alumni sosiologi yang ingin bekerja dengan budaya kerja lebih fleksibel, lebih beragam, dan berjejaring ke masyarakat, dapat merambah dunia social organization.
Social organization adalah sektor yang diisi oleh NGO/Lembaga Swadaya Masyarakat yang jumlahnya cukup banyak. Dengan berperan menjadi seperti youth development consultant, art social empower specialist, atau community development coordinator, dapat mendaftarkan dirinya di NGO yang bergerak di bidang pendidikan, konservasi lingkungan, HAM, atau badan-badan internasional seperti WHO atau UNICEF.
Dalam sesi tanya jawab, Vera mengingatkan penting bagi calon alumni mempersiapkan diri sebelum memasuki dunia kerja. Alumni UGM ini membocorkan tips dan trick agar dapat diterima di dunia kerja dengan membuat portofolio yang berisi pengalaman kerja sebanyak-banyaknya.
“Mulailah membuat carreer path, perbanyak portofilio apakah itu pengalaman berorganisasi, pekerjaan sampingan, atau pernah menjadi relawan,” pungkasnya.
Di acara ini selain kuliah umum, Prodi Sosiologi juga menawarkan kontrak kerja sama dengan Nonton Bareng Indonesia dalam bentuk program magang, dan kegiatan-kegiatan kreatif lainnya. (synm)